Beranda

Purna Praja IPDN Angk. XVIII

Purna Praja IPDN Angk. XVIII

Senin, 13 Juni 2011

PENGANTAR MANAJEMEN


Konsep Manajemen
Pengertian manajemen menurut James AF.Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan atau ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
(Definisi lain mungkin mencakup daftar kegiatan lain yang lebih banyak).
Banyak pendapat mengenai fungsi manajemen, diantaranya sebagai berikut :
1. Henry Fayol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling.
2. George R. Terry, fungsi manajemen adalah planning, organizing, actuating, dan controlling.
3. Luther Gulllich, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, dan controlling.
4. Ernest Dale, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, innovating, representing, dan controlling.
5. Koonts & O’donnol, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing, controlling.
6. Oey Liang Lee, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, directing, coordinating, controlling.
7. James Staner, fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading, dan controlling.
Dalam pembahasan ini akan diperinci lima fungsi yang paling penting yaitu planning, organizing, staffing, leading, dan controlling kegiatan-kegiatan organisasi.
1. Perencanaan ( Planning )
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, dan penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain.
2. Pengorganisasian ( Organizing )
Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi.
3. Penyusunan Personalia ( Staffing )
Seleksi, latihan, pengembangan, penempatan, dan orientasi karyawan.
4. Pengarahan ( Leading )
Motivasi, komunikasi kepemimpinan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya.
5. Pengawasan ( Controlling )
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif.
Fungsi pengawasan mencakup empat unsur :
a. Penetapan standard pelaksanaan,
b. Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan,
c. Pengukuran pelaksaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan, dan
d. Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan menyimpang dari standar.
Perkembangan Teori Manajemen
1. Teori Manajemen Klasik
Teori ini memandang bahwa segala sesuatu dalam aktivitas organisasi dan manajemen didapatkan atas target yang secara kuantitas dapat diukur yang meliputi :
a. Target waktu
b. Target output / hasil
c. Target biaya, dan
d. Target lain yang secara rasional dapat teridentifikasi dan terukur.
Maka teori ini menekankan adanya standard baku bagi setiap aktivitas manajemen, yang meliputi :
a. Standard waktu
b. Standard output
c. Standard biaya, dan
d. Standard sistem dan prosedur
Untuk mencapai target dan standard baku, diperlukan pengujian terlebih dahulu agar aktivitas manajemen dapat memenuhi kedua hal tersebut. Pengujian tersebut antara lain melalui :
- Studi gerak dan waktu
- Pengawasan fungsional ( functional foremanship )
- Sistem upah per-potong diferensial
- Prinsip pengecualian
- Kartu instruksi
- Pembelian dengan spesifikasi
- Standardisasi pekerjaan, peralatan serta tenaga kerja.
Studi gerak dan waktu bertujuan agar aktivitas manajemen ini dapat bergerak efisien dan efektif. Apabila dalam implementasi hasil studi gerak dan waktu tidak menghasilkan sesuai dengan yang direncanakan maka perlu diadakan studi gerak dan waktu yang lebih baik.
Jika diulang berulang-ulang tetap saja hasilnya tidak dapat memenuhi target yang ditetapkan maka anggota manajemen perlu ada tambahan bonus / intensive finansial, agar karyawan dapat bekerja lebih baik.
Manfaat yang didapat dari teori ini adalah :
- pekerja akan mengerjakan pekerjaan secara spesifik dan rutin. Sehingga menumbuhkan ketrampilan dan kinerja tinggi,
- dan juga manfaat dari perkembangan teknik-teknik riset operasi, simulasi, otomatisasi dan sebagainya dalam memecahkan masalah-masalah manajemen.
Kelemahan dari pandangan ini adalah :
- pekerja akan bosan terhadap pekerjaan yang brulang dan merasa terasing.
Teori ini hasil dari pengalaman empirik dari seorang pabrik elektronik bernama Frederick W. Taylor (1856 – 1915 ). Teori ini bermula dari pengalamannya mengamati dan meneliti antara waktu dan gerak yang diperlukan untuk memperoleh kinerja tertentu.
2. Teori Manajemen Neoklasik
Teori ini mengungkapkan bahwa model yang ditawarkan F.W. Taylor kurang manusiawi karena manusia dianggap sebagai factor produksi belaka sebagaimana peralatan atau mesin. Meski ada manfaat yaitu terbentuknya anatomi organisasi yaitu pada bagan struktur organisasi.
Atas dasar kritik ini Elton Mayo dan asisten risetnya Fritz J. Roethlisberger serta William J. Dickson mengadakan suatu studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja yang sangat terkenal di pabrik Howthorne milik perusahaan Western Electric dari tahun 1927 sampai 1932. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara suasana kerja dengan produktivitas.
Mereka telah membagi karyawan menjadi dua kelompok penelitian. Kelompok pertama dibiarkan tinggal di pabrik, sedangkan kelompok kedua diletakkan di ruangan lain.
Kelompok pertama dicoba untuk diubah penerangan / pencahayaannya dari redup ke terang dan sebaliknya. Hipotesis dari kelompok pertama adalah berubahnya cahaya akan mempengaruhi produktifitas kerja.
Kelompok kedua tidak dilakukan perubahan pencahayaan. Hipotesis dari kelompok kedua ini adalah adanya perubahan produktifitas yang disebabkan oleh berubahnya suasana kerja yang dilihat dari berubahnya cahaya.
Ternyata hasil penelitiannya ini gagal karena hipotesis masing-masing kelompok tidak terbukti. Namun penelitian ini justru mengungkap model pandangan yang baru, yakni untuk mencapai produktifitas kerja. Tidak hanya bias didekati dengan model studi gerak dan waktu namun dapat didekati melalui keeratan hubungan antar pekerja, karena hasil penelitian menunjukkan : bagi kelompok yang tidak terambil merasa di nomor duakan di pabrik. Sehingga mereka memacu aktifitas mereka agar tidak kalah dengan kelompok yang diambil. Perasaan inilah yang dapat menumbuhkan produktifitas. Teori demikian yang dikemukakan Elton Mayo dan disebut sebagai Pandangan Kemanusiaan (Human Movement).
Teori klasik dan neoklasik diatas disebut pandangan close system. Maksudnya tumbuh dan berkembangnya manajemen didasarkan atas kemampuan internal organisasi. Dan kemampuan internal organisasilah yang mempengaruhi organisasi lain.
3. Teori Manajemen Modern
Teori ini memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Teori ini memberi manajer cara memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian / subsistem dari lingkungan eksternal yang lebih luas.
Karena organisasi merupakan subsistem, sehingga tumbuh dan berkembangnya organisasi tergantung seberapa jauh organisasi dapat tumbuh dan mempengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan. Sehingga jatuh bangunnya organisasi tergantung seberapa jauh organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Teori manajemen modern cenderung memandang organisasi sebagai system terbuka, dengan dasar analisa konsepsional, dan didasarkan pada data empirik, serta sifatnya sintesis dan integrative. System terbuka pada hakekatnya merupakan proses transformasi masukan yang menghasilkan keluaran. Transformasi terdiri dari aliran informasi dan sumber-sumber daya.
Meskipun ada beberapa model pandangan ( close system dan open system ), bukan berarti bahwa pandangan yang lama ditinggalkan karena ada pandangan baru lebih baik. Tetapi pada saat pandangan modern diberlakukan, pandangan klasik dan neoklasik juga diberlakukan.
4. Teori Manajemen Kesemestaan
Teori ini lebih luas dari teori sebelumnya. Teori ini memandang bahwa lingkungan organisasi tidak hanya lingkungan berupa lembaga atau organisasi lain, melainkan bermakna lebih luas yaitu termasuk lingkungan semesta. Dengan demikian tumbuh dan berkembangnya manajemen tergantung seberapa jauh manajemen dapat berinteraksi secara seimbang dengan segmen lingkungan di luarnya.
Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Aktifitas manajemen yang tepat guna
- Tepat : manajemen dapat menempatkan dirinya di tengah lingkungannnya. Dan beradaptasi dengan baik dan sesuai dengan karakter system lingkungan.
- Guna : keberadaan manajemen atau organisasi dapat bermanfaat baik bagi organisasi maupun lingkungan.
2. Keperpihakan pada strata bawah
3. Pemberian hak secara professional baik bagi para pelaku manajemen internal maupun lingkungannya
4. Semua aktifitas manajemen didasarkan atas komitmen untuk bekerja lebih baik, seimbang, dan sehat. Baik sehat bagi anggota organisasi yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan organisasi dan manajemen.
Ada dua sisi pendekatan dalam teori manajemen kesemestaan, yaitu :
a. Sisi makro, dan
b. Sisi mikro.
a. Sisi Makro
Sebagaimana istilah yang dipakai yaitu “kesemestaan”, artinya manusia dan organisasi merupakan satu kesatuan bagian dari semesta sehingga keseimbangan atau rusaknya semesta tergantung dari manusia dan organisasinya.
Tugas manusia dan organisasinya pada dasarnya untuk menumbuhkembangkan, memakmurkan, dan mendayamanfaatkan secara tepat bagi kelangsungan hidup bersama, yaitu bagi manusia dan orgasisanya sekaligus semesta.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada semesta banyak disebabkan oleh ketidakteraturnya proses manajemen yang diorganisir oleh manusia. Seperti banyaknya gejolak alam, gejolak sosial, gejolak politik, gejolak budaya, dan berbagai bentuk gejolak lain.
Seringkali pandangan sekulerisme menganggap bahwa semesta dan seisinya semata-mata diperuntukkan pada manusia. Sehingga banyak masalah terjadi adanya eksploitasi, baik pada sumber daya alam maupun sesama manusia. Seperti banyak kasus penjajahan secara fisik maupun intelektual. Pandangan sekuler baru ada sedikit kesadaran untuk menumbuhkembangkan secara seimbang antara manusia semesta, apabila nyata telah terjadi gejolak dihadapan mereka.
Pandangan manajemen berbasis semesta ini mensyaratkan adanya sebuah keseimbangan dan tumbuhberkembangnya semua pihak secara wajar. Dan memunculkan kesadaran berjangka panjang.
b. Sisi Mikro
Pandangan ini terkait dengan tumbuh berkembangnya sisi manusia dalam berorganisasi. Sosok manusia merupakan sosok yang tumbuh dan berkembangnya saling memberikan manfaat, baik secara spiritual maupun intelektual, baik secara rohani maupun jasmani. Yang keduanya berperan penting dalam menumbuhkembangkan manajemen dan organisasi.
Pada pandangan sekuler, manusia hanyalah dianggap sebagai salah satu faktor produksi belaka. Sehingga keberadaannya dapat ‘disamakan’ dengan factor produksi lain, seperti mesin, modal, dan fasilitas organisasi lain.
Sedangkan pada pandangan kesemestaan ( bahwa pandangan ini sebenarnya ingin menyelaraskan pandangan manusia dengan pandangan Pencipta ), yang mengutamakan manusia sebagai faktor penentu dari sebuah organisasi, dimana proses kerja manusia didasarkan atas proses yang dilangsungkan pada manusia dari penciptanya.
Secara spesifik ada beberapa unsur daya potensi manusia yang dapat ditumbuhkembangkan.
Faktor / unsur tersebut yaitu :
1. Unsur rasa ( feeling )
2. Unsur hati ( deep feeling )
3. Unsur akal ( frame thinking )
4. Unsur keinginan diri (motive, desire, motivation )
Keempat unsur daya potensi ini merupakan daya gerak dan daya dorong bagi aktivitas manusia. Sehingga arah dari aktivitas manusia untuk menggerakkan manajemen tergantung dari seberapa jauh manajemen dapat mendorong atau mengarahkan keempat unsur daya potensi.
Ketidak berfungsinya unsur daya potensi ini mengakibatkan gejolak dalam diri manusia yang bersangkutan. Sehingga dalam setiap arah dari sisi pengambil keputusan itu sendiri tak pernah tepat, sehingga berujung pada konflik manajemen seperti perselisihan ketenagakerjaan, ketidak puasan kerja, stress, mogok kerja, tingginya kecelakaan kerja, tingginya konflik antara manajemen dan karyawan, dan sebagainya.
Prinsip dasar dari teori kesemestaan ini adalah keseimbangan. Maksudnya proses aktivitas manajemen dilandaskan pada pemenuhan hak dari seluruh anggota manajemen atas dasar modal atau beban yang diberikan ( equity teori ), baik dalam organisasi bersangkutan maupun dibandingkan dengan organisasi diluar organisasi yang bersangkutan.
Meskipun imbalan yang diberikan atas dasar beban kerja, namun faktor senioritas dipakai atas dasar pertimbangan. Teori menghendaki keselarasan antar kelompok manajemen, pekerja, maupun pemilik perusahaan / organisasi.
Seringkali keseimbangan digambarkan sebagaimana seimbangnya anggota tubuh manusia yang terlihat memiliki aturan yang rapi, teratur, saling membantu, dan tanpa konflik.
Ada beberapa metode rekruitmen yang seringkali dipakai untuk menentukan imbalan pada para pekerja. Metode tersebut, yaitu :
1. Merid system
Yaitu metode yang didasarkan atas prestasi. Hanya yang memiliki kecakapan dan kemampuan sajalah yang diterima seleksi dalam hal ini yang menerima imbalan.
2. Nepotism
Yaitu metode dalam rekruitmen atau juga bias dipakai untuk memberikan imbalan karena factor segolongan atau memiliki hubungan lain yang disetarakan dengan itu.
3. Spoil system
Yaitu metode rekruitmen yang didasarkan atas faktor keluarga atau kekerabatan atau disetarakan dengan hal tersebut.
LINGKUNGAN BUDAYA DAN ORGANISASI
Konsep Budaya dan Organisasi ( Corporate Culture )
Biasa diberikan pengertian yang menyangkut norma yang dianut oleh seluruh anggota organisasi dari atasan hingga anggota organisasi yang paling bawah. Pembentuk kebudayaan bisa dari pemilik organisasi, manajemen, anggota, serta visi dan misi manajemen.
Lingkungan Eksternal
Yaitu semua segmen lingkungan organisasi yang memiliki potensi untuk mempengaruhi organisasi / perusahaan, yang terdiri dari :
1. Lingkungan organisasi
2. Suplier / bahan baku
3. Market / pasar
4. Teknologi
5. Perekonomian
6. Lembaga keuangan
7. Hukum
8. Masyarakat
Ada tiga jenis lingkungan, yaitu :
1. Lingkungan selalu berubah
Yaitu adanya kecepatan dan percepatan perubahan lingkungan yang secara umum mempengaruhi organisasi. Perubahan bersifat acak, sering berubah, dan banyak elemen yang mempengaruhi.
2. Lingkungan yang stabil
Yaitu lingkungan yang jumlah dan frekuensi perubahannya tidak menunjukkan angka atau perubahan besarannya mencolok.
3. Lingkungan yang dinamis
Yaitu lingkungan yang mempunyai potensi mempengaruhi organisasi, senantiasa berubah dengan frekuensi yang cepat. Sehingga perlu organisasi mengantisipasinya dengan cepat dan sesuai.
Dilihat dari kompleksitas lingkungan ,dibedakan menjadi tiga kompleksitas, yaitu :
1. Lingkungan komplek
Yaitu suatu lingkungan dengan bermacam-macam faktor lingkungan.
2. Lingkungan sederhana
Yaitu suatu lingkungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Get This 4 Column Template Here
Get More Templates Here